Sebenarnya saya mengalami masalah pada gigi bungsu dari 3 tahun yang lalu, waktu itu gigi ngilu dan sakit . Itulah pertamakali saya merasakan sakit gigi. Periksa ke klinik dokter gigi, kata sih dokter, gigi saya bolong tepat di bagian belakang (bungsu). "Saya gak berani cabut, harus dokter ......dia sudah senior dan banyak pengalaman. Buat menghilangkan rasa sakitnya saya tambal permanen dulu gigi bungsu yang bolong." kata sih dokter
Selesai tambal dokter merujuk saya melakukan rontegn panoramic gigi, setelah itu disuruh balik kembali. Saya harus merogoh kocek 150 ribuan untuk melakukan rontengn tersebut. Minggu depannya saya kembali ke klinik yang sama. Wah kebetulan dokternya laki-laki sudah berumur, mungkin ini yang di maksud dengan dokter senior. Semoga saja masalah giginya cepat beres.
Saya lalu menyerahkan hasil rontgen, dokter kemudian menaruhnya di tempat yang penuh dengan cahaya lampu. "Hemmm ini gak bisa cabut, takut kena saraf gigi depannya, gigi bungsunya numbuh tertidur, tapi anehnya kenapa hanya satu, biasanya kiri-kanan numbuh tertidur. Harus operasi kecil nih, kalau enggak di operasi bisa merusak gigi depannya,"ujar sih dokter. Mendengar kata operasi mendadak saya shock, blank, gak bisa berpikir, langsung terbayang biaya yang mahal.
Setelah googling sana-sini cari tahu biayanya, ternyata untuk melakukan operasi pengangkatan gigi bungsu itu mahal, range harga ada di kisaran 2-5 juta rupiah. Wah... karena gak punya duit dan berhubung sakit giginya sudah hilang karena di tambal, yah sudah saya diamkan saja. Semua ancaman dokter saya hilangkan dari pikiran dulu.
Satu tahun berlalu saya bisa berkompromi dengan sih gigi bungsu, walau suka sebel sendiri karena sehabis makan selalu saja ada sisa makanan yang nyangkut di gigi bungsu. Alhasil sekarang saya menjadi langganan pengguna tusuk gigi, sakit ngilu di gigi bungsu juga sering kambuh.
Setelah 2 tahun lewat, pacar saya mengajak untuk pergi ke klinik dokter gigi yang lain. Harapannya agar mendapatkan alternatif jawaban lain. Bahasa kasarnya semoga bisa dicabut sih gigi bungsu tanpa melalui operasi. Tapi yah... jawabannya tetap sama, harus operasi juga, sih dokter malah menawarkan untuk membersihkan karang gigi. Bukan cabut gigi yang di dapat eh... malah bersihin karang gigi.
Makin lama kondisi sih gigi bungsu bener-bener nyebelin, makanan nyangkut terus di sana, pengin rasanya cabut sendiri ini gigi. Lalu sudah mulai muncul ngilu-ngilu kecil. Akhirnya bertepatan dengan bulan gigi nasional, saya ikut pemeriksaan gigi gratis di Fakultas Kedokteran Gigi Trisakti. Sasarannya jelas, siapa tahu saja bisa operasi gigi gratis #ngarep.com.
Setelah diperiksa salah satu mahasiswi calon dokter gigi di sana, jawabannya tetap sama HARUS OPERASI alias ODENTEKTOMI. Tidak termasuk program gratis, tapi biaya terjangkau. bayar rontgen 90 ribu, operasi 250 ribu, kontrol dan lepas jahitan 10 ribu, total 350 ribu. Tapi yang operasi sih calon dokter ini dengan bimbingan dokter spesialis gigi.
Sepertinya sih calon dokter itu semangat sekali setelah melihat kondisi gigi bungsu saya, "Kalau keberatan dengan biayanya akan saya bantu," kata sih calon dokter. Ketakutan sayapun coba diredamya, "Sama dokter spesialis juga kok, tenang saja, sudah banyak yang operasi juga di sini dan baik-baik saja," menyakinkan saya.
Untung saja pas di tensi tekanan darah saya naik, jadi gak bisa di operasi saat itu juga #selamatdehgw
(Padahal setelah di cek ke klinik lain tekanan darah saya normal, ternyata sih calon dokter tadi tensi darah saya pakai alat otomatic bukan manual jadi hasilnya gak valid. Hahahha maklum masih calon dokter sih.)
Akhirnya sih calon dokter itu menawarkan pembersihan karang gigi, karena calon dokter masih muda dan cantik yah sudahlah saya pasrah hahahaha.
Setelah selesai, saya lalu di kasih secarik kertas berisi no hp-nya. Sampai di rumah saya terus memikirkan tawaran tersebut. Murah sih murah tapi takut karena masih calon dokter, takut kenapa-napa. Konsultasi dengan pacar, dia malah sarankan jangan terburu-buru mengambil keputusan, cari tahu dahulu. Pacar lebih menyarankan ikut operasi dengan dokter gigi spesialis saja walau biayanya mahal.
Lanjut Part 2
0 komentar:
Posting Komentar