Libur lebaran dari 15-26 Juli 2015, saya manfaatkan untuk berlibur ke kota terdekat dari Jakarta, Bogor. Hemmm... kok Bogor sih kenapa gak Bandung, Puncak atau yang lain?
Pertimbangan karena lebaran, biasanya kalau Idul Fitro harga tiket kereta, pesawat dan bus mahal sewa hotel juga naik harganya dua tiga kali lipat. Sudah itu berbarengan dengan arus mudik dan libur lebaran pasti macet.
Mau wisata kuliner juga banyak, ada Pizza Bakar, Makaroni Panggang, Cupcake, Pie Stwaberry pokoknya banyak deh hehehehe
Nah sekarang saya bahas dulu Curug Nangka.Dari hasil googling sana sini ternyata curug nangka itu ada kaki Gunung Salak, daerah Ciapus Bogor. Curug ini masuk dalam kawasan RPH Gunung Bunder, kabupaten bogor.
Di daerah ini ada 3 curug loh....pertama curug Nangka, Curug Daun dan yang paling tinggi Curug Kawung. Tapi kebanyakan masyarakat serta traveler menyangka kalau yang paling tinggi itu Curug Nangka padahal bukan.
Saya mengendarai sepeda motor dari Cikeas ke sana dengan modal aplikasi navigasi android "waze," untungnya waktu perjalanan gak ada gangguan sinyal, jadi lancar. Lama perjalanan sekitar 1 jam.
Medan jalan yang kecil berkelok-kelok dan menanjak membuat mata ini menjadi segar dibuatnya. Nih buat kasih gambaran medan jalannya saya upload gambar dari google
Karena waktu itu lebaran hari pertama, tiket masuknya lumayan, saya naik motor boncengan habis 45 ribu rupiah. Dengan rincian motor masuk kena Rp 15000, tiket masuk perorang Rp 7500 (2 orang Rp 15000), peta Rp 5000 (2 orang Rp10.000), parkir Rp 5000. Parah mentang-mentang lebaran harga dinaikin dan muncul biaya-biaya siluman.
Pertimbangan karena lebaran, biasanya kalau Idul Fitro harga tiket kereta, pesawat dan bus mahal sewa hotel juga naik harganya dua tiga kali lipat. Sudah itu berbarengan dengan arus mudik dan libur lebaran pasti macet.
Di Bogor ternyata banyak tujuan wisata loh..ada beraneka ragam curug atau air terjun, mulai dari curug Nangka, Luhur, Bidadari, Cilember, Seribu...pokoknya lumayan banyak
Nah sekarang saya bahas dulu Curug Nangka.Dari hasil googling sana sini ternyata curug nangka itu ada kaki Gunung Salak, daerah Ciapus Bogor. Curug ini masuk dalam kawasan RPH Gunung Bunder, kabupaten bogor.
Di daerah ini ada 3 curug loh....pertama curug Nangka, Curug Daun dan yang paling tinggi Curug Kawung. Tapi kebanyakan masyarakat serta traveler menyangka kalau yang paling tinggi itu Curug Nangka padahal bukan.
Saya mengendarai sepeda motor dari Cikeas ke sana dengan modal aplikasi navigasi android "waze," untungnya waktu perjalanan gak ada gangguan sinyal, jadi lancar. Lama perjalanan sekitar 1 jam.
Medan jalan yang kecil berkelok-kelok dan menanjak membuat mata ini menjadi segar dibuatnya. Nih buat kasih gambaran medan jalannya saya upload gambar dari google
2.bp.blogspot.com |
adelesmagicbox.files.wordpress.com |
Karena waktu itu lebaran hari pertama, tiket masuknya lumayan, saya naik motor boncengan habis 45 ribu rupiah. Dengan rincian motor masuk kena Rp 15000, tiket masuk perorang Rp 7500 (2 orang Rp 15000), peta Rp 5000 (2 orang Rp10.000), parkir Rp 5000. Parah mentang-mentang lebaran harga dinaikin dan muncul biaya-biaya siluman.
Karena penasaran dengan keindahan Curug yang paling atas yaitu curug Kawung, dua curug lainnya teracuhkan. Langsung saya jalan naik terus ke atas, eh..baru sebentar jalan nafas sudah ngos-ngosan..ampun deh. Bagi saya yang awam dan tidak pernah naik gunung, trakking ke Curug Kawung lumayan loh, apalagi kalau anda bawa istri dan anak bakal repot.
Untungnya sampe juga di atas, kali ini foto dari saya sendiri, pakai Hp butut....
Untungnya sampe juga di atas, kali ini foto dari saya sendiri, pakai Hp butut....
Tidak lupa yang empunya blog juga mau selfie di depan Curug...hehehehe
Oh iya kawasan curug ini benar-benar masih asli, kita bisa melihat monyet liar berkeliaran di atas pepohonan. Tak jarang monyet-monyet akan turun menghampiri pengunjung jika ada yang memberinya makan, ini terjadi di area bawah sebelum memasuki jalur trekking.
Namun sayang kawasan wisata alam ini seperti tidak terurus. Banyak sampah berserakan, pedagang bisa bebas berjualan di sepanjang jalur trekking dari bawah sampai ke Curug paling atas. Mereka berjualan dengan membuat tenda atau menggelar alas tikar, koran, kardus dan sebagainya. Jadi terkesan kumuh jauh dari profesional, kondisi tersebut diperparah oleh ulah pengunjung yang membuang sampah sembarang.
Berharap Pemerintah Daerah setempat turun tangan dan segera memperbaikinya.
0 komentar:
Posting Komentar